Diberdayakan oleh Blogger.

Wikipedia

Hasil penelusuran

Social Icons

Social Icons

Followers

Cari Blog Ini

Featured Posts

Rabu, 22 April 2015

Penanaman padi secara organik belum banyak dilakukan oleh petani di Indonesia Khususnya dan di seluruh dunia pada umumnya, maka saya ingin berbagi cara bagaimana menanam padi secara organik apalagi produksi gabah padi di Indonesia rata-rata 4 - 5 ton/ha. PT. NATURAL NUSANTARA berupaya membantu tercapainya ketahanan pangan nasional melalui peningkatan produksi padi berdasarkan asas kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K-3 ).




 

SYARAT TUMBUH

Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur19-270C , memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm dan pH tanah 4 - 7.


PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

A.Benih

Dengan jarak tanam 25 x 25 cm per 1000 m2 sawah membutuhkan 1,5-3 kg. Jumlah ideal benih yang disebarkan sekitar 50-60 gr/m2. Perbandingan luas tanah untuk pembenihan dengan lahan tanam adalah 3 : 100, atau 1000 m2 sawah : 3,5 m2 pembibitan

B.Perendaman Benih

Benih direndam POC NASA dan air, dosis 2 cc/lt air selama 6-12 jam. tiriskan dan masukkan karung goni, benih padi yang mengambang dibuang. Selanjutnya diperam menggunakan daun pisang atau dipendam di dalam tanah selama 1 - 2 malam hingga benih berkecambah serentak.

C.Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Persemaian diairi dengan berangsur sampai setinggi 3 - 5 cm. Setelah bibit berumur 7-10 hari dan 14-18 hari, dilakukan penyemprotan POC NASA dengan dosis 2 tutup/tangki.

D. Pemindahan benih

Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 21-40 hari, berdaun 5-7 helai, batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam, tidak terserang hama dan penyakit.

F. Pemupukan

Pemupukan seperti pada tabel berikut, dosis pupuk sesuai dengan hasil panen yang diinginkan. Semua pupuk makro dicampur dan disebarkan merata ke lahan sesuai dosis.
Khusus penggunaan Hormonik bisa dicampurkan dengan POC NASA kemudian disemprotkan ( 3-4 tutup NASA + 1 tutup HORMONIK /tangki ). Hasil akan bervariasi tergantung jenis varietas, kondisi dan jenis tanah, serangan hama dan penyakit serta

TABEL PENGGUNAAN POC NASA DAN SUPERNASA
Waktu Aplikasi


Jenis Pupuk dan Olah Tanah (kg) 14 hari ( kg ) 30 hari ( kg ) 45 hari ( kg ) 60 hari ( kg )
Urea 36,5 9 9 9 9
ZA 3,5 1 1 1 1
SP-36 6,5 1.5 1,5 1,5 1,5
KCl 20 5 5 5 5
Dolomit 13 3 3 3 3
SPR NASA 2 Botol (siram) 2 Btl (siram) - - -
                  
Catatan : Dosis produksi padi 1,2 – 1,7 ton/ 1000 M2  Gabah Kering Panen

Waktu Aplikasi


Jenis Pupuk Olah Tanah (kg) 10–14 hari ( kg ) 25–28 hari ( kg ) 42–45 hari ( kg )
Urea 12 6 6 6
SP-36 10 50 - -
KCl - - 7 8
SPR NASA 1 Botol (siram) 5 5 5
POC NASA - 4-5 ttp/tgk (semprot) 4-5 ttp/tgk (semprot) 4-5 ttp/tgk (semprot)
       
Catatan : Dosis produksi padi 0,8 – 1,1 ton/ 1000 M2  Gabah Kering Panen   

Waktu Aplikasi


Jenis Pupuk Olah Tanah (kg) 10–14 hari ( kg ) 25–28 hari ( kg ) 42–45 hari ( kg )
Urea 10 4,5 4 4
SP-36 11,5 - - -
KCl - - 5 6,5
POC NASA 20-40 ttp (siram) 4-8 ttp/tgk (semprot) 4-8 ttp/tgk (semprot) 4-8 ttp/tgk (semprot)
POC NASA - - 1 ttp/tgk campur NASA 1 ttp/tgk campur NASA
           
 Catatan : Dosis produksi padi 0,8 – 1,1 ton/ 1000 M2  Gabah Kering Panen?


Cara Penggunaan SUPER NASA & POC NASA
1. Pemberian SUPER NASA dengan cara dilarutkan dalam air secukupnya kemudian disiramkan ( hanya disiramkan)
2. Jika dengan POC NASA dicampur air secukupnya bisa disiramkan atau disemprotkan.
3. Khusus SP-36 bisa dilarutkan SUPER NASA atau POC NASA, sedang pupuk makro lainnya disebar secara merata.

G. PENGOLAHAN LAHAN RINGAN

Dilakukan pada umur 20 HST, bertujuan untuk sirkulasi udara dalam tanah, yaitu membuang gas beracun dan menyerap oksigen.

H.PENYIANGAN

Penyiangan rumput-rumput liar seperti jajagoan, sunduk gangsir, teki dan eceng gondok dilakukan 3 kali umur 4 minggu, 35 dan 55.

I. PENGAIRAN

Penggenangan air dilakukan pada fase awal pertumbuhan, pembentukan anakan, pembungaan dan masa bunting. Sedangkan pengeringan hanya dilakukan pada fase sebelum bunting bertujuan menghentikan pembentukan anakan dan fase pemasakan biji untuk menyeragamkan dan mempercepat pemasakan biji.

J. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

Hama putih (Nymphula depunctalis) Gejala: menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik yang memanjang sejajar tulang daun, ulat menggulung daun padi.
Pengendalian:
(1) pengaturan air yang baik, penggunaan bibit sehat, melepaskan musuh alami, menggugurkan tabung daun; (2) menggunakan BVR atau Pestona.

 •Padi Thrips (Thrips oryzae) Gejala: daun menggulung dan berwarna kuning sampai kemerahan, pertumbuhan bibit terhambat, pada tanaman dewasa gabah tidak berisi.
Pengendalian: BVR atau Pestona.

Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng padi berpunggung putih (Sogatella furcifera) dan Wereng penyerang daun padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep).Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi dan dapat menularkan virus.
Gejala: tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil. 
Pengendalian
(1) bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR- 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah; 
(2) penyemprotan BVR

Walang sangit (Leptocoriza acuta)
Menyerang buah padi yang masak susu.  
Gejala: buah hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada daun terdapat bercak bekas isapan dan bulir padi berbintik-bintik hitam. Pengendalian
(1) bertanam serempak, peningkatankebersihan, mengumpulkan dan memusnahkan telur, melepas musuh alami seperti jangkrik, laba-laba; 
(2) penyemprotan BVR atau PESTONA

Kepik hijau (Nezara viridula)
Menyerang batang dan buah padi. 
Gejala: pada batang tanaman terdapat bekas tusukan, buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan dan pertumbuhan tanaman terganggu. 
Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan telur-telurnya, penyemprotan BVR atau PESTONA

Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza innotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu (Sesamia inferens). Menyerang batang dan pelepah daun. 
Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah dicabut, daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tanaman muda disebut hama "sundep" dan pada tanaman bunting (pengisian biji) disebut "beluk".  
Pengendalian
(1) menggunakan varitas tahan, meningkatkan kebersihan lingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen agar kepompong mati, membakar jerami; 
(2) menggunakan BVR atau PESTONA

Hama tikus (Rattus argentiventer)
Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah. 
Gejala: adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman.  
Pengendalian: pergiliran tanaman, tanam serempak, sanitasi, gropyokan, melepas musuh alami seperti ular dan burung hantu, penggunaan NAT (Natural Aromatic).

Burung
Menyerang menjelang panen, tangkai buah patah, biji berserakan.  
Pengendalian: mengusir dengan bunyi-bunyian atau orang-orangan.

Penyakit Bercak daun coklat
Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae. Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati.  
Pengendalian
(1) merendam benih di air hangat + POC NASA, pemupukan berimbang, tanam padi tahan penyakit ini.

Penyakit Blast
Penyebab: jamur Pyricularia oryzae.  
Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk.
Pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa.  
Pengendalian
(1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandiri IR-48, IR-36, pemberian pupuk N di saat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir; 
(2) pemberian GLIO di awal tanam

Busuk pelepah daun
Penyebab: jamur Rhizoctonia sp.  
Gejala: menyerang daun dan pelepah daun pada tanaman yang telah membentuk anakan. Menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun.  
Pengendalian
(1) menanam padi tahan penyakit 
(2) pemberian GLIO pada saat pembentukan anakan

Penyakit Fusarium
Penyebab: jamur Fusarium moniliforme.  
Gejala: menyerang malai dan biji muda menjadi kecoklatan, daun terkulai, akar membusuk.  
Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih + POC NASA dan disebari GLIO di lahan

Penyakit kresek/hawar daun
Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae) 
Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis-garis di antara tulang daun, garis melepuh dan berisi cairan kehitam-hitaman, daun mengering dan mati.  
Pengendalian:
(1) menanam varitas tahan penyakit seperti IR 36, IR 46, Cisadane, Cipunegara, menghindari luka mekanis, sanitasi lingkungan;
(2) pengendalian diawal dengan GLIO

Penyakit kerdil
Penyebab: virus ditularkan oleh wereng coklat Nilaparvata lugens.  
Gejala: menyerang semua bagian tanaman, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau kekuning-kuningan, batang pendek, buku-buku pendek, anakan banyak tetapi kecil.  
Pengendalian: sulit dilakukan, usaha pencegahan dengan memusnahkan tanaman yang terserang ada mengendalikan vector dengan BVR atau PESTONA.

Penyakit tungro
Penyebab: virus yang ditularkan oleh wereng hijau Nephotettix impicticeps.  
Gejala: menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang sempurna, daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda, malai kecil dan tidak berisi. 
Pengendalian: menanam padi tahan wereng seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR 42 dan mengendalikan vektor virus dengan BVR.

K. PANEN DAN PASCA PANEN

•Panen dilakukan jika butir gabah 80 % menguning dan tangkainya menunduk
• Alat yang digunakan ketam atau sabit
• Setelah panen segera dirontokkan malainya dengan perontok mesin atau tenaga manusia
• Usahakan kehilangan hasil panen seminimal mungkin
Setelah dirontokkan diayaki (Jawa : ditapeni)
• Dilakukan pengeringan dengan sinar matahari 2-3 hari
• Setelah kering lalu digiling yaitu pemisahan gabah dari kulit bijinya.
• Beras siap dikonsumsi



ANALISIS EKONOMIS PER 1000 M2

A. Produksi 1 Ton

Benih 3 kg x Rp. 3.000 = Rp. 9.000,-
Pupuk Makro ( Urea, TSP, ZA, KCl, Dolomit) Rp. 125.800,-
SUPER NASA 3 botol x Rp. 73.000,- = Rp. 219.000,-
PESTISIDA ALAMI ( Pestona + BVR ) Rp. 95.000,-
Tenaga Olah Tanah 4 HOK x Rp. 15.000,- = Rp. 60.000,-
Tanam 6 HOK x Rp. 5.000,- = Rp. 30.000,-
Gulma (Matun) 5 HOK x Rp. 5.000,- = Rp. 25.000,-
Panen 10 HOK x Rp. 7.500,- = Rp. 75.000,-
Lain-lain Rp. 50.000,-
TOTAL BIAYA = Rp. 688.800,-
HASIL PRODUKSI 1.000 kg x Rp. 1.200 =Rp. 1.200.000,-
KEUNTUNGAN = Rp. 1.200.000 - Rp. 688.800 =Rp. 511.200,-

B. Produksi 0,8 Ton

Benih 3 kg x Rp. 3.000 = Rp. 9.000,-
Pupuk Makro ( Urea, TSP, KCl) Rp. 88.500,-
SUPER NASA 1 botol Rp. 73.000,-
POC NASA 2 botol Rp. 41.000,-
PESTISIDA ALAMI (PESTONA + BVR) Rp. 95.000,-
Tenaga Olah Tanah 4 HOK x Rp. 15.000,- = Rp. 60.000,-
Tanam 6 HOK x Rp. 5.000,- = Rp. 30.000,-
Gulma (Matun) 5 HOK x Rp. 5.000,- = Rp. 25.000,-
Panen 10 HOK x Rp. 7.500,- = Rp. 75.000,-
Lain-lain Rp. 50.000,-
TOTAL BIAYA = Rp. 546.500,-
HASIL PRODUKSI 800 kg x Rp. 1.200 = Rp. 960.000,-
KEUNTUNGAN = Rp. 9620.000 - Rp. 546.500 = Rp. 413.500,-

C. Produksi 0,6 Ton

Benih 3 kg x Rp. 3.000 = Rp. 9.000,-
Pupuk Makro ( Urea, TSP, KCl) Rp. 67.250,-
POC NASA 2 botol Rp. 41.000,-
HORMONIK 1 botol Rp. 19.500,-
PESTISIDA ALAMI (PESTONA + BVR) Rp. 78.700,-
Tenaga Olah Tanah 4 HOK x Rp. 15.000,- = Rp. 60.000,-
Tanam 6 HOK x Rp. 5.000,- = Rp. 30.000,-
Gulma (Matun) 5 HOK x Rp. 5.000,- = Rp. 25.000,-
Panen 10 HOK x Rp. 7.500,- = Rp. 75.000,-
Lain-lain Rp. 50.000,-
TOTAL BIAYA = Rp. 455.450,-
HASIL PRODUKSI 600 kg x Rp. 1.200 = Rp. 720.000,-

Strategi Pemasaran Beras Organik

Usaha dibidang pertanian merupakan usaha yang penuh dengan resiko, terutama tentang kepastian harga dan gangguan alam (cuaca dan iklim) yang unpredictable, usaha pertanian pada era modern sekarang ini semuanya mengacu pada konsep agribisnis dan berbasis agribisnis dan pasar. Usaha pertanian yang baik, sebelum menentukan budidaya yang akan dikembangkan, harus melihat dulu tren kebutuhan pasar, dan akan lebih baik lagi jika hal itu (tren pasar) ter record dalam sebuah file usaha yang sistematis.
Namun saat ini belum semua petani bahkan sangat sedikit petani yang menerapkan pola tersebut, selain tingkat pemahaman petani yang kurang, penyuluh juga kurang memberikan andil, atau bahkan tidak semua penyuluh memahami hal tersebut. Sehingga kelemahan petani terutama dalam pemasaran dan penjualan komoditinya masih terjadi hingga saati ini.
Saat ini konsep pemasaran sudah modern, kebutuhan pasar dapat dibedakan, dan kita dapat mengambil keputusan dimana, dan kemana produk kita harus dipasarkan, untuk siapa, dan kalangan apa produk kita dipasarkan, namun hal yang harus diperhatikan, jika kita ingin produk kita laku dipasaran, maka kita harus memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dari setiap produk atau komoditi yang kita miliki.
Produk yang baik adalah produk yang memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif, berdasarkan atas hal tersebut, maka padi organik memiliki kedua hal tersebut, secara komparatif, padi organik merupakan padi yang unik, dihasilkan dari budidaya tanpa menggunakan atau sedikit bahan kimia, jika dibandingkan dengan beras yang ada dipasaran, maka padi organik lebih sehat. Sedangkan untuk keunggulan kompetitifnya tergantung dari pengelola produksinya apakah produk tersebut murni atau setengah organik, atau dibedakan dari rasa beras yang lebih enak, atau dari segi layanan yang akan diberikan (consumer satisfaction)
Segmentasi (Segmentation)
Segmentation as a process consists of segment identificiation, segement selection and the creation of marketing mixes for target segments, the outcome of segmentation process should yield true market segments.
Segmentasi merupakan proses yang berisi mengenai indentifikasi segmen, penentuan dan pemilihan segmen, dan menciptakan ceruk pasar dari target segmen tersebut, hasil dari penentuan segmentasi harus merupakan segmen yang nyata dan memang membutuhkan produk yang akan kita jual (red).
Segmentasi pasar yang diambil untuk produk beras organik ini antara lain:
Berdasarkan personal karakterisitk, maka beras organik akan dipasarkan kepada orang atau komunitas yang memiliki kesadaran terhadap kesehatan, atau kalangan yang memiliki kesadaran akan pentingnya kesehatan, biasanya orang-orang tersebut merupakan orang-orang yang secara ekonomi memiliki daya beli yang lebih (menengah-atas).
Berdasarkan geodemographic, segmen untuk beras organik akan dipasarkan untuk semua umur, atau dengan kata lain merupakan segmen keluarga menengah ke atas atau bisa dikatakan segmen keluarga mapan yang memiliki daya beli tinggi dan sadar akan kesehatan.
Targeting
Setelah ditentukan segmentasinya maka langkah kedua adalah menentukan targeting, targeting merupakan upaya perusahaan dalam memasarkan produknya dan membedakannya dari competitor (distinguish it self).
Pemain dalam usaha beras organik relatif masih sedikit dan pasif (umumnya konsumen mencari) bukan produsen mencari, kebutuhan pasar modern seperti Hero, Giant, atau supermarket lain juga sangat tinggi, hal yang harus diperhatikan adalah stabilitas kualitas produk dan stabilitas kontiunitas produk dalam memenuhi kebutuhan pasar.
Positioning
According to Brooksbank (1994) positioning strategy should include three components targets, which are product of segmentation study; competitor targets and competitive advantege.
Berdasarkan hal tersebut, pemain untuk beras organik masih relatif sedikit, sedangkan kebutuhan pasar akan beras organik cukup tinggi, sehingga pasar masih terbuka lebar, dan persaingan masih relatif sedikit, kendati demikian competitive advatage tetap diperlukan, produk beras organik yang dipasarkan merupakan beras yang pure organik, selain itu juga sebagai perusahaan atau produsen berusaha lebih dekat dengan konsumen dengan melakukan interaksi pasar misal sosialisasi produk organik di komunitas pecinta pangan organik dan sosialisasi kesehatan dan lain sebagainya.
Taktik Pasar
Taktik pasar dalam pemasaran produk beras organik antara lain, untuk memuaskna konsumen maka produk haruslah terus diperbaiki kualitas produknya, terutama keragaan, kualitas kemasan dan untuk beras organik adalah tingkat kemurnian produk tersebut, apakah produk tersebut sudah betul-betul organik atau masih kurang.
Untuk kepuasan konsumen juga sebaiknya perusahaan/produsen melakukan pendekatan persuasif kepada konsumennya misal dengan membentuk komunitas pecinta organik atau bekerjasama dengan komunitas yang ada untuk terus melakukan sosialisasi sadar akan produk organik dan mencintai produk dalam negeri.
Selain itu untuk continuitas produk juga harus dijaga, maka perlu di manage, pengelolaan produksinya, jika perlu bekerjasama dengan petani yang memiliki lahan untuk membudidayakan beras organik, agar pasokan dapat terus terjaga.
Untuk memberikan kemudahan pelayanan kepada konsumen, selain dijual digerai supermarket, perusahaan juga sebaiknya membuka gerai, atau café resto produk organik, atau juga menyiapkan penjualan on line.


Dalam arti yang sempit pertanian adalah usaha atau  kegiatan bercocok tanam. Sedangkan dalam arti luas pertanian adalah segala kegiatan manusia yang meliputi kegiatan bercocok tanam, perikanan, peternakan dan kehutanan. cocok tanam perikanan
Terkait dengan pertanian, maka dikenal istilah petani (farmer) dan usaha tani (farming). Petani adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh “petani tembakau” atau “petani ikan”. Usaha Tani (farming) adalah sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budi daya (tumbuhan maupun hewan). Cakupan obyek pertanian yang dianut di Indonesia meliputi budidaya tanaman (termasuk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan), kehutanan, peternakan, dan perikanan.
Ruang Lingkup Pertanian
Ada beberapa jenis pertanian berdasarkan perkembangannya yaitu:
  1. Pertanian ekstraktif, yaitu pertanian yang dilakukan dengan hanya mengambil atau mengumpulkan hasil alam tanpa upaya reproduksi. Pertanian semacam ini meliputi sektor perikanan dan ekstraksi hasil hutan.
  2. Pertanian generatif yaitu corak pertanian yang memerlukan usaha pembibitan atau pembenihan, pengolahan, pemeliharaan dan tindakan agronomis lainnya. Berdasarkan tahapan perkembangannya pertanian generatif dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:
    1. Perladangan berpindah (shifting cultivation),
    2. Pertanian menetap (settled agricultured)
Selanjutnya berdasarkan ciri ekonomis yang lekat pada masing-masing corak pertanian dikenal dua kategori pertanian yakni pertanian subsisten dan pertanian komersial. Pertanian subsisten ditandai oleh ketiadaan akses terhadap pasar. Dengan kata lain produk pertanian yang dihasilkan hanya untuk memenuhi konsumsi keluarga, tidak dijual. Pertanian komersial berada pada sisi dikotomis pertanian subsisten. Umumnya  pertanian komersial menjadi karakter perusahaan pertanian (farm) di mana pengelola usahatani telah berorientasi pasar. Dengan demikian seluruh output pertanian yang dihasilkan seluruhnya dijual dan tidak dikonsumsi sendiri.
Pertanian Sebagai Kegiatan Ekonomi
Sebagai kegiatan ekonomi, pertanian dapat dipandang sebagai suatu sistem yang dinamakan agribisnis. Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan "hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain). Dalam kerangka berpikir sistem ini, pengelolaan tempat usaha pembibitan,penyediaan input produksi,dan sarana produksi, biasa diistilahkan sebagai aspek “hulu”.  Sementara kegiatan pasca panen seperti ; distribusi, pengolahan, dan pemasaran dimasukkan dalam aspek “hilir”. Sedangkan Budidaya dan pengumpulan hasil merupakan bagian dari aspek proses produksi.
Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.
Agribisnis itu adalah suatu sistem yang utuh mulai sub-sistem penyediaan sarana produksi dan peralatan pertanian; sub-sistem usahatani; sub-sistem pengolahan atau agroindustri dan sub-sistem pemasaran. Agar sub-sistem ini bekerja dengan baik maka diperlukan dukungan sub-sistem kelembagaan sarana dan prasarana serta sub-sistem penunjang dan pembinaan.
Agribisnis sebagai suatu sistem
Agribisnis sebagai suatu sistem adalah agribisnis merupakan seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Disini dapat diartikan bahwa agribisnis terdiri dari dari berbagai sub sistem yang tergabung dalam rangkaian interaksi dan interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas.
Adapun kelima mata rantai atau subsistem tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
  1. Subsistem Penyediaan Sarana Produksi
Sub sistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran. Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk.

  1. Subsistem Usahatani atau proses produksi
Sub sistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer. Disini ditekankan pada usahatani yang intensif dan sustainable (lestari), artinya meningkatkan produktivitas lahan semaksimal mungkin dengan cara intensifikasi tanpa meninggalkan kaidah-kaidah pelestarian sumber daya alam yaitu tanah dan air. Disamping itu juga ditekankan usahatani yang berbentuk komersial bukan usahatani yang subsistem, artinya produksi primer yang akan dihasilkan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam artian ekonomi terbuka

  1. Subsistem Agroindustri/pengolahan hasil
Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani, tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen produk pertanian sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah value added (nilai tambah) dari produksi primer tersebut. Dengan demikian proses pengupasan, pembersihan, pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, pengeringan, dan peningkatan mutu.

  1. Subsistem Pemasaran
Sub sistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar domestik dan pasar luar negeri.

  1. Subsistem Penunjang
Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen yang meliputi:
  1. Sarana Tataniaga
  2. Perbankan/perkreditan
  3. Penyuluhan Agribisnis
  4. Kelompok tani
  5. Infrastruktur agribisnis
  6. Koperasi Agribisnis
  7. BUMN
  8. Swasta
  9. Penelitian dan Pengembangan
  10. Pendidikan dan Pelatihan
  11. Transportasi
  12. Kebijakan Pemerintah
Strategi Pengembangan Agribisnis
Ada beberapa aspek yang dapat ditempuh dalam upaya mengembangkan kegiatan agribisnis diantaranya :
  1. Pembangunan Agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian serta jasa yang dilakukan sekaligus, dilakukan secara simultan dan harmonis.
Yang sering kita dapatkan selama ini adalah industri pengolahan (Agroindustri) berkembang di Indonesia, tapi bahan bakunya dari impor. Dipihak lain, peningkatan produksi pertanian tidak diikuti oleh perkembangan industri pengolahan ( Membangun industri berbasis sumberdaya domestik/lokal). Sehingga perlu pengembangan Agribisnis Vertikal.
  1. Membangun Agribisnis adalah membangun keunggulan bersaing diatas keunggulan komparatif
Dalam arti bahwa membangun daya saing produk agribisnis melalui transformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing, yaitu dengan cara:
  • Mengembangkan subsistem hulu (pembibitan, agro-otomotif, agro-kimia) dan pengembangan subsistem hilir yaitu pendalaman industri pengolahan ke lebih hilir dan membangun jaringan pemasaran secara internasional, sehingga pada tahap ini produk akhir yang dihasilkan sistem agribisnis didominasi oleh produk-produk lanjutan atau bersifat capital and skill labor intensive.
  • Pembangunan sistem agribisnis yang digerakkan oleh kekuatan inovasi. Dengan demikian produk utama dari sistem agribisnis pada tahap ini merupakan produk bersifat Technology intensive and knowledge based.
  • Perlu orientasi baru dalam pengelolaan sistem agribisnis yang selama ini hanya pada peningkatan produksi harus diubah pada peningkatan nilai tambah sesuai dengan permintaan pasar serta harus selalu mampu merespon perubahan selera konsumen secara efisien..
       3.Menggerakkan kelima subsistem agribisnis secara simultan, serentak dan harmonis.
Untuk  menggerakkan Sistem agribisnis perlu dukungan semua pihak yang berkaitan dengan agribisnis/ pelaku-pelaku agribisnis mulai dari Petani, Koperasi, BUMN dan swasta serta perlu seorang Dirigent yang mengkoordinasi keharmonisan Sistem Agribisnis.
         4.Menjadikan Agroindustri sebagai A Leading Sector.
Agroindustri adalah industri yang memiliki keterkaitan ekonomi (baik langsung maupun tidak langsung) yang kuat dengan komoditas pertanian. Keterkaitan langsung mencakup hubungan komoditas pertanian sebagai bahan baku (input) bagi kegiatan agroindustri maupun kegiatan pemasaran dan perdagangan yang memasarkan produk akhir agroindustri. Sedangkan keterkaitan tidak langsung berupa kegiatan ekonomi lain yang menyediakan bahan baku(input) lain diluar komoditas pertanian, seperti bahan kimia, bahan kemasan, dll. Dalam mengembangkan agroindustri, tidak akan berhasil tanpa didukung oleh agroindustri penunjang lain seperti industri pupuk, industri pestisida, industri bibit/benih, industri pengadaan alat-alat produksi pertanian dan pengolahan agroindustri seperti industri mesin perontok dan industri mesin pengolah lain. 
         5.Membangun Sistem agribisnis melaluiIndustri Perbenihan
Industri Perbenihan merupakan mata rantai terpenting dalam pembentukan atribut produk agribisnis secara keseluruhan. Atribut dasar dari produk agribisnis seperti atribut nutrisi (kandungan zat-zat nutrisi) dan atribut nilai (ukuran, penampakan, rasa, aroma dan sebagainya) serta atribut keamanan dari produk bahan pangan seperti kandungan logam berat, residu pestisida, kandungan racun juga ditentukan pada industri perbenihan. Oleh karena itu Pemda perlu mengembangkan usaha perbenihan (benih komersial) berdasar komoditas unggulan masing-masing daerah, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi industri perbenihan modern.
         6.Dukungan Industri Agro-otomotif dalam pengembangan sistem agribisnis.
Perlu  adanya rental Agro-otomotif yang dilakukan oleh Koperasi Petani atau perusahaan agro-otomotif itu sendiri.
         7.Dukungan Industri Pupuk dalam pengembangan sistem agribisnis.
Pada waktu yang akan datang industri pupuk perlu mengembangkan sistem Networking baik vertikal (dari hulu ke hilir) maupun Horisontal (sesama perusahaan pupuk), yaitu dengan cara penghapusan penggabungan perusahaan pupuk menjadi satu dimana yang sekarang terjadi adalah perusahaan terpusat pada satu perusahaan pupuk pemerintah. Oleh karena perusahaan-perusahaan pupuk harus dibiarkan secara mandiri sesuai dengan bisnis intinya dan bersaing satu sama lain dalam mengembangkan usahanya. Sehingga terjadi harmonisasi integrasi dalam sistem agribisnis. Serta perlu dikembangkan pupuk majemuk, bukan pupuk tunggal yang selama ini dikembangkan.
         8.Pengembangan Sistem Agribisnis melalui Reposisi Koperasi Agribisnis.
Koperasi perlu mereformasi diri agar lebih fokus pada kegiatan usahanya terutama menjadi koperasi pertanian dan mengembangkan kegiatan usahanya sebagai koperasi agribisnis. Untuk  memperoleh citra positif layaknya sebuah koperasi usaha misalnya: Koperasi Agribisnis atau Koperasi Agroindustri atau Koperasi Agroniaga yang menangani kegiatan usaha mulai dari hulu sampai ke hilir.
        9.Pengembangan Sistem Agribisnis melalui pengembangan sistem informasi agribisnis
Dalam membangun sistem informasi agribisnis, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah informasi produksi, informasi proses, distribusi, dan informasi pengolahan serta informasi pasar.
       10.Membumikan pembangunan sistem Agribisnis dalam otonomi daerah
Pembangunan Ekonomi Desentralistis-Bottom-up, yang mengandalkan industri berbasis Sumberdaya lokal. Pembangunan ekonomi nasional akan terjadi di setiap daerah.
        11.Dukungan perbankan dalam pengembangan sistem agribisnis di daerah.
Untuk membangun agribisnis di daerah, peranan perbankan sebagai lembaga pembiayaan memegang peranan penting. Ketersediaan skim pembiayaan dari perbankan akan sangat menentukan maju mundurnya agribisnis daerah. Selama ini yang terjadi adalah sangat kecilnya alokasi kredit perbankan pada agribisnis daerah, khususnya pada on farm agribisnis.
       12.Pengembangan strategi pemasaran
Pengembangan strategi pemasaran menjadi sangat penting peranannya terutama menghadapi masa depan, dimana preferensi konsumen terus mengalami perubahan, keadaan pasar heterogen. Dari hal tersebut, sekarang sudah mulai mengubah paradigma pemasaran menjadi menjual apa yang diinginkan oleh pasar (konsumen).
       13.Pengembangan sumberdaya agribisnis.
Dalam pengembangan sektor agribisnis agar dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar, diperlukan pengembangan sumberdaya agribisnis, khususnya pemanfaatan dan pengembangan teknologi serta pembangunan kemampuan Sumberdaya Manusia (SDM) Agribisnis sebagai aktor pengembangan agribisnis.
       14.Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sektor Agribisnis.
Perlu  pengembangan pusat-pusat pertumbuhan sektor agribisnis komoditas unggulan yang didasarkan pada peta perkembangan komoditas agribisnis, potensi perkembangan dan kawasan kerjasama ekonomi.
       15.Pengembangan Infrastruktur Agribisnis.
Dalam pengembangan pusat pertumbuhan Agribisnis, perlu dukungan pengembangan Infrastruktur seperti jaringan jalan dan transportasi (laut, darat, sungai dan udara), jaringan listrik, air, pelabuhan domestik dan pelabuhan ekspor dan lain-lain.

        16.Kebijaksanaan terpadu pengembangan
Ada beberapa bentuk kebijaksanaan terpadu dalam pengembangan agribisnis.
a. Kebijaksanaan pengembangan produksi dan produktivitas ditingkat perusahaan.
b. Kebijaksanaan tingkat sektoral untuk mengembangkan seluruh kegiatan usaha sejenis.
c. Kebijaksanaan pada tingkat sistem agribisnis yang mengatur keterkaitan antara beberapa sektor.
d. Kebijaksanaan ekonomi makro yang mengatur seluruh kegiatan perekonomian yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap agribisnis.
         17.Pengembangan agribisnis berskala kecil.
Ada 3 kebijaksanaan yang harus dilakukan adalah:
a. Farming Reorganization
Reorganisasi jenis kegiatan usaha yang produktif dan diversifikasi usaha yang menyertakan komoditas yang bernilai tinggi serta reorganisasi manajemen usahatani. Dalam hal ini disebabkan karena keterbatasan lahan yang rata-rata kepemilikan hanya 0,1 Ha.
b. Small-scale Industrial Modernization
Modernisasi teknologi, modernisasi sistem, organisasi dan manajemen, serta modernisasi dalam pola hubungan dan orientasi pasar.
c. Services Rasionalization
Pengembangan layanan agribisnis dengan rasionalisasi lembaga penunjang kegiatan agribisnis untuk menuju pada efisiensi dan daya saing lembaga tersebut. Terutama adalah lembaga keuangan pedesaan, lembaga litbang khususnya penyuluhan.